Race The Tube Indonesia: Sambut 6 Tahun dengan Pecahkan Rekor
Trivia
Race The Tube bisa diartikan sebagai "balap lari melawan kereta bawah tanah". Video ini pertama kali dibuat di Inggris dan menjadi viral serta menginspirasi orang-orang di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama: mengalahkan kecepatan kereta lokal di masing-masing negara.
Tak hanya merambah Eropa, berlari dari kereta A di stasiun A menuju ke stasiun B untuk kembali menaiki kereta A tersebut juga diikuti hingga Asia. Bahkan di Indonesia seorang pria bernama Maulana Gaturi juga pernah mencoba untuk mengalahkan KRL Commuter Line dari Stasiun Universitas Indonesia menuju Stasiun Pondok Cina di Depok. Sayang, selisih waktunya terpaut terlalu jauh, hingga mencapai 5 menit.
Saat menyaksikan pembahasannya pertama kali di acara Man vs Viral yang ditayangkan National Geographic Channel, kami langsung melakukan riset apakah hal tersebut dapat dilakukan di Indonesia? Hal yang pertama kali kami lakukan adalah mempelajari rute kereta Commuter Line dan melihat jarak antarstasiun, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Kami mencatat, ada "tiga pasang" stasiun yang jaraknya berdekatan dan berpotensi untuk "ditaklukkan". Pertama adalah Stasiun Sawah Besar dengan Stasiun Juanda (707m). Kedua, antara Stasiun Karet dengan Stasiun Sudirman (811m) dan terakhir Stasiun Lenteng Agung dengan Stasiun Universitas Pancasila (1,029m).
Sebagai stasiun dengan jarak tempuh terdekat, medan yang harus dilalui untuk menuju ke salah satu stasiun baik dari Juanda maupun Sawah Besar adalah yang paling menantang, sulit sekaligus berbahaya. Selain stasiun terdiri dari 2 lantai (formasi lantai dasar, lantai satu dan lantai dua), di antara stasiun ini juga terbentang Jalan Samanhudi yang cukup lebar, ramai, serta dipisahkan oleh pagar median di tengahnya.
Sementara untuk Stasiun Karet dan Sudirman, pelari nantinya juga harus menyeberangi pintu rel kereta sebidang dengan pola memutar yang pasti ditutup dan dilarang untuk dilintasi hingga kereta lewat. Artinya, selain berbahaya, akan banyak kendaraan yang berhenti di sana sehingga sangat tidak kondusif, baik bagi pelari maupun pengambil gambar.
Meskipun jaraknya mencapai 1 kilometer, namun rute Stasiun Lenteng Agung dengan Universitas Pancasila adalah yang terbaik hasil dari penelusuran kami, baik secara daring maupun turun langsung ke lokasi. Selain pintu gerbang otomatis jaraknya dekat dengan rel dan pintu keluar, jalan raya yang dilalui merupakan jalan searah yang berada persis di samping rel sehingga menghemat waktu tempuh pelari.
Selesai dengan stasiun, tantangan berikutnya adalah berburu pelari. Kami menyadari bahwa kami tidak dapat melakukannya sendiri karena selain sangat jarang berolahraga, jarak yang harus ditempuh adalah jarak yang terjauh jika dibandingkan dengan pelari dari negara lain.
Sebagai catatan, sang pionir dari Inggris "hanya" menempuh jarak kurang dari 400 meter. Sementara catatan terjauh adalah pelari asal Perancis dan Malaysia yang mencapai 900 meter. Sehingga jika kami berhasil menaklukkan rute ini, maka kami akan menjadi pelari terjauh dengan jarak 1000 meter lebih!
Berikutnya, semua pelari dari video-video yang ada di YouTube adalah pria. Tak ada satu pun wanita yang menaklukkan kecepatan kereta lokal mereka. Sehingga kami memutuskan untuk mencari hijab runner dan perburuan pun dimulai di Instagram hingga akhirnya kami mendapat rekomendasi Fauziyyah Khansa yang juga merupakan atlet muda berprestasi.
Pelari yang saat ini bekerja di Bank Indonesia tersebut menyatakan tertarik dengan ide dan konsep video Race The Tube ketika kami hubungi melalui WhatsApp. Khansa pun sudah kami ajak menelusuri langsung trek yang akan dilewati dan ia memprediksi dapat menempuh jarak tersebut dalam kisaran waktu 3 menit saja. Apakah cukup?
Menurut catatan kami selama penelusuran, waktu rerata pintu gerbong dibuka adalah 10-20 detik meski dalam situasi tertentu bisa mencapai setengah hingga satu menit. Kemudian dari Stasiun Lenteng Agung menuju Universitas Pancasila membutuhkan waktu rerata 120 detik saja, terhitung dari kereta mulai berjalan hingga berhenti sempurna.
Jika ditotal dengan angka terendah, maka waktu yang harus dilakukan adalah 10"+120"+10"= 140 detik alias 2 menit 20 detik! Sementara untuk angka tertinggi, maka hanya terdapat selisih tambahan 20 detik saja sehingga total menjadi 160 detik, alias masih kurang 20 detik lagi untuk 3 menit yang kemungkinan dibutuhkan Khansa.
Sebagai informasi, pace atau catatan waktu rerata untuk menempuh 1 kilometer milik Khansa adalah 4 menit 20 detik. Khansa juga memberi informasi bahwa pace ini akan lebih tereduksi jika pelarinya adalah pria. Khansa seakan tidak mau menjadi PHP alias Pemberi Harapan Palsu kepada kami, namun kami memang mencari pelari wanita dan percaya bahwa ia mampu memberikan yang terbaik.
Rencana kami akan melakukan adu cepat melawan KRL ini tepat pada enam tahun rtkChannel HD dan akan disiarkan langsung di dua kanal kami. Ini juga merupakan yang pertama di dunia karena video lainnya selalu dalam format rekaman yang disunting. Sehingga setidaknya ada tiga rekor yang kami coba pecahkan yakni; jarak terjauh, pelari wanita pertama dan video Race The Tube pertama yang disiarkan secara langsung.
Apakah kami akan berhasil? Saksikan video berikut untuk lebih mengenal Khansa dan strategi kami dalam mengalahkan si ular besi.